Refleksi Eksistensialisme dalam Kesederhanaan: Analisis Karakter pada Film Perfect Days
DOI:
https://doi.org/10.56873/jimk.v9i2.348Kata Kunci:
Existentialism, character analysis, cinematography, freedom, alienation.Abstrak
Penelitian ini berfokus pada analisis karakter Hirayama dalam film Perfect Days (2023) karya Wim Wenders melalui perspektif filsafat eksistensialisme. Dengan menggunakan metode kualitatif, khususnya analisis naratif dan karakter, studi ini mengeksplorasi bagaimana rutinitas sederhana dan tindakan minimalis Hirayama mencerminkan tema-tema eksistensialisme, seperti keterasingan, kebebasan individu, dan pencarian makna hidup. Film ini menggunakan gaya visual minimalis, dengan teknik seperti framing dan deep-focus photography, untuk menyoroti isolasi emosional Hirayama serta perjalanan reflektifnya. Penelitian ini menemukan bahwa Perfect Days menawarkan refleksi filosofis tentang bagaimana rutinitas sehari-hari yang sederhana dapat menjadi medium untuk introspeksi eksistensial, sejalan dengan gagasan eksistensialisme yang dikemukakan oleh Jean-Paul Sartre dan Martin Heidegger. Penelitian ini memberikan manfaat akademis dengan memperluas diskusi mengenai eksistensialisme dalam sinema kontemporer, serta manfaat praktis bagi sineas dalam mengeksplorasi tema filosofis melalui pendekatan sinematografi yang sederhana namun mendalam, dan bagi penonton dalam memahami pesan filosofis melalui elemen naratif dan visual.Unduhan
Referensi
Barthes, R. (1977). Image, music, text (S. Heath, Trans.). Fontana.
Bazin, A. (2005). What is cinema? vol. I. University of California Press.
Bordwell, D., Thompson, K., & Smith, J. (2020). Film art: An introduction. McGraw-Hill Education.
BouleÌ, J.-P., McCaffrey, E., Cooper, S., Darnell, M. R., Falzon, C., Martin, T., Williams, P., Nicholls, T., Rolls, A., Stoehr, K. L., & Stanton, M. (2011). Existentialism and contemporary cinema: A sartrean perspective. Berghahn Books.
Capp, R. (2024). Perfect days. The Gerontologist, 64(10). https://doi.org/10.1093/geront/gnae098
Chatman, S. (1978). Story and discourse: Narrative structure in fiction and film. Cornell University Press.
Desiderio, M. J., Gaycken, O., Singer, A., Alter, N. M., & Corrigan, T. (2011). Wandering: Seeing the cinema of Wim Wenders through cultural theory and naturalized phenomenology (Publication No. 3440069) [Doctoral dissertation, Temple University]. UMI Dissertation & ProQuest
Goodenough, J., & Read, R. J. (2007). Film as philosophy: Essays in Cinema after Wittgenstein and Cavell. Palgrave Macmillan.
Graf, A. (2004). The Cinema of Wim Wenders: The celluloid highway. Wallflower.
Hajduk, J. (2024). High bias: The distorted history of the cassette tape by Marc Masters (review). Technology and Culture, 65(4), 1393–1394. https://doi.org/10.1353/tech.2024.a940492
Handa, R. (2024). Perfect days. Journal of the Society of Architectural Historians, 83(4), 565–568. https://doi.org/10.1525/jsah.2024.83.4.565
Heidegger, M. (1996). Being and time: A translation of sein und zeit (J. Stambaugh, Trans.). State University of New York Press.
Merleau-Ponty, M. (2005). Phenomenology of perception. Routledge.
Reynolds, J. (2006). Understanding existentialism. Acumen.
Sartre, J.-P. (2007). Existentialism is a humanism: (l’existentialisme est un humanisme) (C. Macomber, Trans., J. Kulka, Ed.). Yale University Press.
Sartre, J.-P. (2021). Being and nothingness: An essay in phenomenological ontology (S. Richmond, Trans.). Atria Books.
Smith, M. (2004). Engaging characters: Fiction, emotion, and the cinema. Clarendon Press ; Oxford University Press.
Sobchack, V. C. (1992). The address of the eye: A phenomenology of film experience. Princeton University Press.
Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
Penulis yang menerbitkan artikel di jurnal ini menyetujui ketentuan berikut:
1. Hak Cipta tetap pada penulis dan memberikan hak kepada Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Multimedia sebagai otoritas untuk menerbitkan artikel dengan Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional, yang memungkinkan artikel untuk dibagikan dengan sepengetahuan penulis artikel dan jurnal ini sebagai tempat publikasi.
2. Penulis dapat mendistribusikan publikasi artikelnya secara non-eksklusif (misalnya: pada repositori universitas atau buku) dengan pemberitahuan atau pengakuan publikasi di jurnal Option.
3. Penulis diperbolehkan memposting karyanya secara online (misalnya: di situs pribadi atau di repositori universitas) sebelum dan sesudah proses penyerahan (lihat Pengaruh Akses Terbuka)
